Status dan perkembangan perikanan pukat udang dan pukat ikan yang berbasis di PPN Ambon

18 03 2011

Ambon, 8 – 13 Maret 2011

Tim:

– Bambang Sumiono, M.Si

– R. Thomas Mahulette, M.Si

– Andhika Prima Prasetyo, S.Pi

 

PENDAHULUAN

Maluku merupakan Provinsi kepulauan dengan luas wilayah 712.479,65 Km2, terdiri dari 92,4% luas perairan (658.294,69 Km2) dan 7,6% luas daratan (54.185 Km2). Sedangkan panjang garis pantainya adalah 11.098,34 Km. Kondisi ini merupakan peluang dan sekaligus tantangan bagi masyarakat perikanan pada khususnya dan masyarakat Maluku pada umumnya. Untuk dapat memanfaatkan dan mengembangkan sumberdaya perikanan dan kelautan yang ada melalui berbagai kajian yang tepat. Dikatakan sangat berpeluang karena kajian tentang sumberdaya masih terbatas, sementara kebutuhan akan sumberdaya hayati laut di dalam dan luar negeri semakin meningkat.

Potensi Perikanan demersal dan udang yang berada di laut Arafura Maluku Tenggara, selama ini menjadi incaran Negara Asia yang secara langsung maupun tak langsung legal maupun illegal melakukan aktivitas penangkapan. Maraknya penangkapan ikan secara illegal, menyebabkan setiap tahun terjadi kerugian triliunan rupiah. Hal ini berhubungan dengan adanya isu persaingan global produksi perikanan Indonesia yang rentan terhadap tuduhan pelanggaran ketentuan penangkapan ikan yang illegal, unreported and unregulated (IUU) fishing (Husodo 2004 dalam Haryanti 2007). Beberapa perusahaan perikanan daerah yang sejak dahulu melakukan aktivitas di areal laut Maluku dan sekitarnya harus menutup perusahaannya, setelah Ambon mengalami konflik yang berkepanjangan ditambah masalah BBM yang semakin meninggi dengan kemampuan kapal yang tidak bertahan lama.

Anggapan bahwa laut Arafura sebagai lahan bisnis dalam pengekploitasi semakin terlihat dengan terjadi penjarahan hasil tangkapan dilaut, ditambah lagi dugaan pengkaplingan laut oleh segelintir orang di pesisir pulau. Namun sejauh ini dugaan tersebut masih belum diyakini kebenarannya.  Ini tantangan bagi pihak kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta pengelolaan yang dilakukan oleh PEMDA Maluku.

Jumlah hasil tangkapan ikan demersal dan udang oleh kapal-kapal ikan di Maluku yang beroperasi di laut Arafura sesuai dengan alat tangkap antara lain; bagi kelompok ikan demersal dan udang digunakan rawai dasar (bottom long-line), pukat ikan (fish net) dan pukat udang (shrimp net). Udang merupakan salah satu komoditi terbesar di Indonesia, sudah seharusnya ekspornya harus dimanfaatkan dari tahun ke tahun. Untuk tujuan tersebut, aliran sungai-sungai dengan volume air tawar harus dijaga kestabilannya dengan cara memelihara hutan-hutan di seluruh kawasan pulau-pulau yang tersebar, terutama hutan-hutan bakau sepanjang kawasan pantai (Nuitja, 2010). Ikan demersal kemudian mengikuti keberhasilan udang dan pada akhir tahun 2009 merupakan produk yang diperhitungkan di dunia. Permintaan akan ikan demersal sudah dilakukan sejak dulu, yang mana beberapa Negara Asia, seperti; Malaysia, Singapura dan Filipina membeli langsung telur-telur ikan kakap dan kerapu, untuk dibudidayakan berasal dari Maluku. Permasalahannya bagaimana pemerintah dalam hal ini PEMDA Provinsi Maluku dapat mengatasi beberapa hal yang paling prinsipil dalam mengatasi, pencemaran parameter kelestarian lingkungan, kerusakan terjadi di “nursery grounds”, penangkapan Ilegal dan pemerasan dilaut.

Penelitian ini bertujuan untuk memeperoleh status terkini mengenai pemanfaatan


METODOLOGI

 

Lokasi

Penelitian ini dilakukan di di Provinsi Maluku yang dilakukan pada tanggal 8-13 Maret 2011.

Lokasi Survei

 

Metode Analisis

Metode analisis yang akan diterapkan yaitu: Analisis secara deskriptif untuk menggambarkan komposisi jenis ikan demersal yang didaratkan di Ambon. Hasil analisis data akan disajikan secara naratif, bentuk tabel dan grafikal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum PPN Ambon

1. Kedatangan Kapal

Jumlah kapal yang masuk di PPN Ambon pada tahun 2010 sebanyak 906 unit. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 4,50% dibandingkan tahun 2009 yang jumlah kapal masuknya sebesar 867 unit. Peningkatan kunjungan kapal ini disebabakan beberapa perusahaan perikanan yang semula berpangkalan di daerah lain pindah berpangkalan di PPN Ambon, dan juga adanya penambahan beberapa unit kapal penangkap ikan

Jumlah kapal yang masuk pada tahun 2009 didominasi oleh kapal-kapal berukuran 100-200 GT berjumlah 288 unit (33,21%), 200-500 GT berjumlah 206 unit (23,76%) dan 50-100 GT berjumlah 136 unit (15,68%), selebihnya dalam jumlah dan prosentase yang kecil berasal dari kapal dengan ukuran 5 – 10 GT, 10 – 30 GT, 30 – 50 GT, 500 – 1000 GT dan > 1000 GT. Sedangkan pada tahun 2010 didominasi oleh kapal-kapal berukuran 100-200 GT berjumlah 322 unit (35,54%), 200-300 GT berjumlah 153 unit (16,89%) dan 300-500 GT berjumlah 147 unit (16,23%), selebihnya dalam jumlah dan presentase yang kecil berasal dari kapal dengan ukuran 5 – 10 GT, 10 – 30 GT, 30 – 50 GT, 500 – 1000 GT dan > 1000 GT.

Berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan, jenis kapal perikanan yang dominan masuk di PPN Ambon tahun 2009 adalah kapal dengan alat tangkap pukat tarik ikan sebanyak 224 unit (25,83%), pukat tarik udang ganda sebanyak 149 unit (17,18%) dan huhate sebanyak 62 unit (7,15%) dan, selebihnya dalam jumlah dan prosentase yang kecil berasal dari kapal dengan alat tangkap pukat cincin, gillnet, pancing cumi, rawai dasar dan pancing ulur. Sedangkan pada tahun 2010 adalah kapal dengan alat tangkap pukat tarik ikan sebanyak 345 unit (38,08%), pukat tarik udang ganda sebanyak 97 unit (10,71%) dan gillnet  sebanyak 93 unit (10,26%), selebihnya dalam jumlah dan presentase yang kecil berasal dari kapal dengan alat tangkap pukat cincin, Huhate, pancing cumi, rawai dasar, pancing ulur dan Perangkap lainnya.

 

 

Gambar 1. Tren kedatangan kapal pukat udang dan pukat ikan periode 2009-2010.

 

Berdasarkan grafik diatas maka terlihat bahwa kedatangan kapal pukat udang (biru) semakin menurun. Hal tersebut disebabkan ada dua perusahaan pukat udang yang bangkrut, yakni PT. TOFICO (Januari 2010) dan PT. Nusantara Fishery (Desember 2010). Perusahan pukat udang yang tetap beroperasi hingga saat ini ialah PT. SAC (Sinar Abadi Cemerlang) yang merupakan perusahaan swasta murni.Sedangkan berkebalikan dengan pukat ikan, pukat ikan menunjukkan aktifitas yang tinggi. Namun sayangnya kapal-kapal tersebut merupakan kapal asing (kapal Thailand), dimana hasil tangkapannya tidak dioleh atau didaratkan di Ambon namun langsung dibawa ke Thailand dalam bentuk utuh dengan kapal angkut lewat laut (contoh Kapal Angktu Black Pearl).

 

2. Produksi  Ikan

Produksi ikan tahun 2010 tercatat sebesar 62.689.452 kg. Jumlah produksi ikan mengalami peningkatan sebesar 163,11% dari produksi ikan tahun 2009 (23.825.886 kg). Demikian juga dengan nilai produksinya mengalami peningkatan sebesar 120,36%, yaitu dari Rp. 240.172.595.810 pada tahun 2009 menjadi Rp. 542.431.734.000 pada tahun 2010. Terjadinya peningkatan jumlah produksi disebabkan adanya penambahan kapal-kapal penangkap ikan serta dipengaruhi oleh adanya pemantauan IUU fishing oleh PPN Ambon dengan memberikan ketegasan kepada perusahaan perikanan/kapal perikanan  berupa surat  pernyataan bermeterai yang  menyatakan bahwa setelah melakukan operasi penangkapan, dapat segera kembali melakukan pembongkaran hasil tangkapan di PPN Ambon.

Berdasarkan daerah penangkapannya, produksi yang berasal dari laut Arafura tetap mendominasi, dengan peningkatan sebesar 181% dari tahun 2009, yakni dari 21.924.233 kg tahun 2009 menjadi 61.538.987 kg pada tahun 2010. Produksi yang berasal dari laut Maluku juga mengalami peningkatan sebesar 100% dari tahun 2009. Sedangkan dari laut Banda mengalami penurunan sebesar 72,43%, yakni dari 1.901.653 kg pada tahun 2009 menjadi 524.500 kg tahun 2010. Komposisi jenis hasil tangkapan yang didaratkan, didominasi oleh jenis ikan Gulamah sebesar 9.487.352 kg (15,13%), Kembung 6.901.819 kg (11,01%), Ekor kuning 5.114.699 kg (4,31%), Layur 3.842.287 kg (6,28%) dan Kurisi 3.421.896 (5,46%), dari total produksi 62.689.452 kg.

 

Gambar 2. Produksi PPN Ambon periode 2009-2010

 

Grafik diatas menunjukkan tren produksi total PPN Ambon terus meningkat setiap bulannya hal ini beraita bertambahnya aktifitas armada pukat ikan setiap bulannya. Namun pada bulan Agustus 2010 produksi menurun drastic, hal tersebut disebabkan pada bulan tersebut dilaksanakan 17 Agustus dan Sail Banda sehingga aktifitas pelabuhan berkurang, namun tinggi pada bulan sebelumnya (Juli 2010).

 

PEMASARAN

Berdasarkan data yang diperoleh oleh petugas pelabuhan mengenai pemasaran salah satunya ialah harga ikan untuk pasar lokal yaitu harga kapal dan harga pedagang. Harga kapal ialah harga untuk ikan (umumnya HTS) yang dijual crew kapal kepada pedagang lokal, sedangkan harga pedagang ialah harga yang diberikan oleg pedagang kepada pembeli. Grafik dibawah ialah presentasi selisih harga kapal (biru) dengan harga pedagang (merah) terhadap beberapa komoditas perikanan (daftar kode ikan tersaji pada tabel 1). Umumnya pedagang menjual dengan selisih harga (keuntungan) hingga 50% lebih kepada konsumen.

 

Gambar 3. Presentase harga komoditas perikanan di tingkat nelayan (kapal) terhadap harga pedagang.
Tabel 1. Kode komoditas perikanan (index untuk Gambar 3)

 

 


PRODUKTIFITAS PUKAT UDANG DAN PUKAT IKAN

1. Pukat Udang

Hasil wawancara kami dengan staf PT. SAC (Sinar Abadi Cemerlang) Bapak Agus Heru diperoleh beberapa informasi terkait dengan perikanan pukat udang. PT. SAC merupakan perusahaan swasta murni, usaha pukat udang yang dilakukan dalam kondisi yang kritis, belum mencapai titik untung. Dilihat dari sisi produksi, hasil tangkapan cenderung meningkat, hanya saja harga di pasaran cenderung tetap. Produksi yang meningkat diduga disebabkan oleh banyaknya perusahan yang bangkrut (PT. SAC ialah satu-satunya perusahan pukat udang yang masih eksis di Ambon). Saat ini PT. SAC memiliki 17 kapal (10 buah berukuran 166 GT pabrikan Australia dan 7 buah berukuran 150 GT pabrikan China) dengan kapasitas maksimum palka sebesra 25 ton. Karena penangkapan berkurang, maka ada peluang perbaikan potensi ikan serta persaingan penangkapan yang menjadi rendah. Banyaknya perusahaan yang bangkrut disebabkan oleh harga BBM yang semakin mahal, padahal BBM menyumbang 70% dari komponen biaya opersional. Guna melakukan efisiensi penangkapan perusahaan melakukan perubahan strategi penangkapan, yakni (1) melakukan penitipan hasil tangkapan ke kapal yang pulang; (2) memastikan daerah penangkapan benar-benar potensial untuk di-trawl (penggunaan 1 kapal sebagai kapal survei); serta (3) pemanfaatan hasil tangkapan sampingan (HTS).

Mengenai pemanfaatan HTS, PT. SAC telah melakukan ekstensifikasi usaha yakni dengan melakukan pengolahan HTS menjadi produk surimi. Pada awalanya HTS merupakan hak ABK, namun saat ini 70% HTS miliki perusahaan sedangkan 30% lagi milik ABK. Pukat udang beroperasi selama 2-3 bulan per trip, namun bergantung pada perbekalan dan hasil tangkapan. Umumnya pukat udang PT. SAC beroperasi di Digul, Agats, Kaimana, Ar dan Kalar. Umumnya musim puncak penangkapan terjadi pada bulan September – Januari. Mengenai biaya operasi penangkapan, untuk 1 kali operasi membutuhkan BBM sebanyak 90 kl. Perkiraan biaya yang harus dikeluarkan untuk 1 kali operasi sebesar Rp 1 milyar. ABK yang bekerja untuk 1 kapal sebanyak 13-15 orang yang berasal dari Tegal, Ambon dan Manado. Selain BBM, masalah dalam usaha perikanan pukat udang ialah oknum aparat yang melakukan pemerasan di tengah laut yang berkedok operasi razia. Namun anehnya, menurut hasil wawancara razia dan pemerasan tidak dilakukan kepada armada kapal Thailand. Padahal kapal pukat ikan tidak menjual hasil tangkapan mereka di Ambon, namun langsung diekspor ke Thailand dengan menggunakan kapal angkut. Kasie Tata Operasional menjelaskan berdasarkan peraturan Penanam Modal Asing (PMA) dan Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) diwajibkan untuk membangun Unit Pengolahan Ikan di pelabuhan dimana mereka berpangkalan. Namun masalah pengembangan UPI di Ambon ialah kurangnya ketersedian lahan dan pasokan listrik untuk parik. Selain itu untuk meningkatkan pelayanan, maka PPN Ambon mengusulkan peluasan pelabuhan. Hal tersebut didasarkan pada fakta di lapangan, bahwa dermaga yang ada saat ini hanya mampu digunakan oleh 3 kapal saja.

Mengenai ketersedian data, perusahaan memiliki beberapa data terkait dengan usaha perikanan. Namun perusahaan menilai data tersebut merupakan rahasia sehingga tidak boleh diberikan untuk umum. Data-data tersebut ialah:

–          Data hasil tangkapan udang per spesies per kapal per hari

o   Nama Kapal

o   Jumlah hauling

o   Posisi penangkapan

o   Kedalaman perairan

o   Stok BBM

o   Jenis hasil tangkapan (berat)

–          Data penitipan hasil tangkapan

–          Data hasil tangkapan sampingan (HTS)

–          Data perbekalan

 

 

Berikut disajikan hasil tangkapan dominan yang tertangkap dengan pukat udang untuk tahun 2009 dan 2010 yang didaratkan di PPN Ambon.

 

Gambar 4. Komposisi spesies dominan hasil tangkapan pukat udang 2009.

 

 

Gambar 5. Komposisi spesies dominan hasil tangkapan pukat udang 2010.

 

Berdasarkan grafik  produksi per spesies hasil tangkapan pukat udang tahun 2009 dan 2010 diketahui bahwa udang windu merupakan tangkapan dominan pukat udang, yakni berturut-turut sebesar 448,1 ton dan 517,3 ton. Adapun untuk spesies ikan pada tahun 2009 dominan tertanggap ikan tigawaja, sedangkan pada tahun 2010 ikan ekor kuning dominan tertangkap berturut-turut 342,6 ton dan 168,8. Namun secara umum tangkapan udang selain udang windu menurun. Ada indikasi penurunan jumlah atau shifting spesies udang dominan.

 

 

Gambar 6. Total produksi udang windu yang didaratkan di PPN Ambon.

 

Jika dilihat tren produksi udang windu sebagai hasil tangkapan dominan, maka terlihat bahwa produksi udang windu tertinggi di akhir tahun September-Nopember yang puncaknya pada bulan oktober setiap tahunnya. Perlul diperhatikan bahwa plot produksi udang windu ini tidak dipisahkan per alat tangkap, data tersebut merupakan total produksi udang windu di PPN Ambon. Mengenai musim penangkapannya belum bisa dipastikan karena perlu dioleh lah dan diplot berdasarkan nilai CPUE (catch per unit effort).

 
2. Pukat Ikan

Berdasarkan wawancara dengan Sadrak Hadjo nahkoda kapal pukat ikan Samudera Jaya IV (bernama asli Chana I (ning)) yang merupakan kapal asing berbedera Thailand. Kapal Samudra Jaya IV merupakan salah satu kapal penangkap dari 15 kapal milik PT. S&T Mitra Bina Industri yang berlokasi di Gudang Arang Ambon. Kapal tersebut berukuran 295 GT dan beroperasi dengan satu kapal. Dari 15 kapal milik PT. S&T Mitra Bina Industri, 2 buah kapalberukuran 300 GT. Jaring PI yang digunakan berukuran panjang 22 m; lebar 6 m dengan ukuran mata jarring dari bagian depan ke belakang berturut-turut 10-2 inch serta menggunakan papan ontal (otter board) dengan berat 150-200 kg. Dalam satu hari dilakukan 4 kali hauling, dimana 1 kali hauling membutuhkan waktu selama 3 jam. Umumnya kapal pukat ikan beroperasi selama 2 bulan untuk 1 kali tripnya. Kapal pukat ikan (PI) umumnya memiliki ABK termasuk nahkoda sebanyak 30 orang (lokal 5 orang (berasal dari Ambon, Sulawesi, Jawa); asing 25 orang). Kapal PI memiliki Fishing Ground di perairan perbatasan Australia sampai selatan Merauke (ZEEI), sekitar 9˚40’00” LS, 137˚25’00” BT. Musim penangkapan PI tidak menentu, bergantung pada daerah operasi, namun umumnya musim penangkapan terjadi pada bulan Desember-Maret. Kapasitas palka kapal PI sebanyak 290 ton, namun umumnya terisi 250 ton. Hasil tangkapan PI didominasi oleh ikan, namun tak jarang memperoleh udang dengan komposisi ± 0,5% dari total hasil tangkapan. Mengenai BBM, untuk satu kali operasi dibutuhkan BBM sebanyak 60 ton (belkum termasuk BBM cadangan). Adapu perbekalan beras yang diperlukan untuk satu kali operasi sebanyak 50 karung (1 karung 50 kg). Umumnya ikan yang tertangkap ialah eja, gulama, lema, bawal hitam, layur, parang, kakap, kerapu, sembilan, tenggiri, taruri, belut, bawal putih, bubara, lidah,  sebelah, parang, dll. Ikan yang umumnya diekspor ke Thailand ialah jenis bubara, kakap dan kerapu. Umumnya ikan ikan tersebut dijual dengan harga (harga kapal) Rp. 7.000 – 8.000/pang (pak atau bal), 1 pang memiliki berat 14-16 kg. Untuk proses bongkar dibutuhkan waktu sekitar 3-4 hari bergantung jumlah hasil tangkapan. Berdasarkan wawancara dengan nahkoda masalah krusial yang sering dihadapi kapal PI ialah pemeriksaan oleh oknum aparat Angkatan Laut (AL) RI. Sering kali dalam memeriksa kelengkapan kapal oknum tersebut meminta jatah “preman” hasil tangkapan sebanyak 1 pang. Kondisi di laut, seringkali pemeriksaan dilakukan lebih dari satu kali dalam satu hari.

Selanjutnya untuk melihat produktifitas pukat ikan,  berikut disajikan hasil tangkapan dominan yang tertangkap dengan pukat udang untuk tahun 2009 dan 2010 yang didaratkan di PPN Ambon.

 

Gambar 7. Komposisi spesies dominan hasil tangkapan pukat ikan 2009.

 

 

Gambar 8. Komposisi spesies dominan hasil tangkapan pukat ikan 2009.

 

Berdasarkan grafik  produksi per spesies hasil tangkapan pukat ikan tahun 2009 dan 2010 diketahui bahwa ikan tigawaja merupakan tangkapan dominan pukat ikan, yakni berturut-turut sebesar 6.503,2 ton dan 9373,8 ton. Secara umum tangkapan pukat ikan tahun 2010 sangat meningkat dibandingkan dengan hasil tangkapan tahun 2009. Hal tersebut disebabkan jumlah armada pukat ikan yang meningkat baik dari sisi jumlah maupun aktifitasnya. Berdasarkan komposisi ikan dominan terlihat bahwa ada perubahan tingkatan jenis ikan dominan antara tahun 2009 dan 2010. Berdasarkan hal tersebut ada dugaan pergeseran komposisi ikan sebagai akibat usaha penangkapan. Upaya penangkapan akan berpengaruh terhadap rantai makanan, sehingga menyebabkan ada jenis ikan tertentu yang meningkat jumlahnya karena pemangsanya banyak ditangkap.

 

 

Gambar 9. Total produksi ikan tigawaja yang didaratkan di PPN Ambon.

 

Jika dilihat tren produksi ikan tigawaja sebagai hasil tangkapan dominan pukat ikan, maka terlihat bahwa produksi tigawaja tidak mengenal bulan. Produksi ikan tigawaja selau tinggi, walaupun selang sebulan terjadi penurunan produksi namun naik di bulan berikutnya. Perlu diperhatikan bahwa plot produksi udang windu ini tidak dipisahkan per alat tangkap, data tersebut merupakan total produksi udang windu di PPN Ambon. Mengenai musim penangkapannya belum bisa dipastikan karena perlu dioleh lah dan diplot berdasarkan nilai CPUE (catch per unit effort). Walaupun produksi ikan tigawaja tinggi, sangat penting bagi pelaku usaha untuk tetap membatasi penangkap. Karena dikhawatirkan stok ikan tigawaja akan berkurang drastis dikemudian hari.


Actions

Information

One response

18 03 2013
Tasrip

pak kalo ada lowongan pekerjaan di kapal udang saya mau bergabung tlng infonya

Leave a comment